Sebuah catatan, tulisan tentang seseorang yang tak mampu dimiliki, walau ‘dekat melekat’ , namun tetap tak mampu dimiliki :
Aku berada tepat di depanmu, malam ini...
Diam namun memandangmu...
Betapa bibirmu mampu tersenyum, namun air matamu mengalir…
Betapa kau ucapkan kata-kata kekuatan, namun tubuhmu lemah sekali...
Aku hanya bisa ucapkan kata "janganlah mengucap kata maaf"...
Aku tak bisa melihat air matamu yang mengalir di dua matamu...
Terima kasih aku telah bisa mencintaimu,
tetapi ketidak mampuanku menjaga cinta itu membuat hatiku sakit ...
Kemudian diam, namun memandangmu
Dan dalam kebekuan hatimu
kau ucapkan … : ”Ku akan mengingatmu…"
Namun lirih dan luruh dalam masa, di antara kenangan-kenangan tentang cinta, kenangan, perpisahan dan persahabatan...
Engkau yang tak bisa kumiliki walau dari hati yang tulus aku mencintaimu...
Lihatlah aku, walau berada di sisimupun, namun ku tak mampu memilikimu
Di akhir catatannya tertulis :
”Kadang air mata ini pun mengalirkan kerinduan"
Aku berada tepat di depanmu, malam ini...
Diam namun memandangmu...
Betapa bibirmu mampu tersenyum, namun air matamu mengalir…
Betapa kau ucapkan kata-kata kekuatan, namun tubuhmu lemah sekali...
Aku hanya bisa ucapkan kata "janganlah mengucap kata maaf"...
Aku tak bisa melihat air matamu yang mengalir di dua matamu...
Terima kasih aku telah bisa mencintaimu,
tetapi ketidak mampuanku menjaga cinta itu membuat hatiku sakit ...
Kemudian diam, namun memandangmu
Dan dalam kebekuan hatimu
kau ucapkan … : ”Ku akan mengingatmu…"
Namun lirih dan luruh dalam masa, di antara kenangan-kenangan tentang cinta, kenangan, perpisahan dan persahabatan...
Engkau yang tak bisa kumiliki walau dari hati yang tulus aku mencintaimu...
Lihatlah aku, walau berada di sisimupun, namun ku tak mampu memilikimu
Di akhir catatannya tertulis :
”Kadang air mata ini pun mengalirkan kerinduan"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar