ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA Tn. MS
DENGAN SALAH SATU ANGGOTA MENGALAMI
TBC PARU
1. Struktur Dan Sifat Keluarga
a. Kepala
Keluarga
Nama :
Tn. MS
Jenis Kelamin :
Laki – Laki
Suku :
Jawa
Umur :
54 Tahun
Agama :
Islam
Pendidikan :
SD
Pekerjaan :
Petani
Alamat :
RT 22 RW 06 Dusun Kreweh Desa Gunungrejo
Kec. Singosari Kabupaten Malang
b. Susunan
Anggota Keluarga
No.
|
NAMA
|
L/P
|
USIA
|
HUB.KK
|
PEND
|
PEKJ
|
KET
|
1.
2.
3.
4.
|
Ny.M
Ny. F
Nn. S
An. AS
|
P
P
P
L
|
68 tahun
48 tahun
18 tahun
12 tahun
|
Mertua
Istri
Anak
Anak
|
-
SD
SLTA
SD
|
-
Tani
-
-
|
Sakit
Sehat
Sehat
Sehat
|
2. Faktor
Sosio-Budaya-Ekonomi
a. Penghasilan Dan Pengeluaran
Sumber penghasilan adalah dari kegiatan bertani
yang dilakukan oleh kepala keluarga bersama istri, yaitu sekitar ± Rp.
500.000,-/perbulan. Pengeluaran perbulan untuk keperluan makan sekitar ± Rp. 300.000,- dan sisanya untuk keperluan lain –lain
seperti membayar listrik, kebutuhan anak sekolah.
b. Pendidikan
Anggota
keluarga semuanya berpendidikan semuanya berpendidikan tingkat dasar, kecuali
mertua yang tidak sekolah, dan anak pertama yang sedang sekolah kelas 12 (SMA
kelas III). Berkaitan dengan penyakit TBC yang diderita Tn. MS, keluarga
mengatakan tidak tahu bagaimana cara penularan TB paru kepada orang lain
dan bagaimana cara pencegahan terhadap
anggota keluarga yang lain. Setelah dijelaskan tentang pengertian
penyakit, cara pencegahan dan pengobatannya, Tn.MS dan Ny.F belum bisa menjawab
pertanyaan sederhana perawat
c. Suku Dan Agama
keluarga merupakan suku Jawa dan beragama Islam,
dalam menjalankan perintah agama keluarga cukup taat dan rajin mengikuti
kegiatan keagamaan seperti sholat jamaah di Musholla, sholat Jumat di Mesjid,
acara tahlilan/yasiinan (bapak-bapak dan ibu-ibu), acara Diba’ (remaja putri
dan ibu-ibu).
3. Kegiatan
Sehari - Hari
a. Nutrisi
keluarga
lebih sering memasak sendiri dari pada membeli, dengan komposisi sebagai
berikut : makanan pokok yaitu nasi, tempe dan tahu, sayuran yang didapat dari
kebun/sawah, jarang makan buah dan minum susu. Keluarga dalam memasak sayur
dengan mencuci dulu lalu dipotong – potong. Keluarga makan
tiga kali dalam sehari dengan
porsi yang cukup. Pemberian makan sama
rata untuk seluruh anggota keluarga. Cara menghidangkannya terbuka di
atas meja. Alat makan digunakan bersama
atau tidak ada pemisahan dalam pemakaiannya. Pantangan makan tidak ada.
b. Eliminasi
Pola BAB anggota keluarga sehari sekali dan BAK tiga-empat kali sehari.
Pada anggota keluarga tidak ada yang
mengalami gangguan dalam eliminasi.
Tempat BAB adalah di sungai atau menumpang di WC tetangga.
c. Olah Raga
Kepala keluarga mengatakan tidak menyediakan waktu khusus untuk melakukan
olah raga, tapi dia telah rutin pergi ke sawah setiap pagi dan sore. Kegiatan
di sawah mislnya mencangkul, mencari rumput untuk ternak, atau mencabuti rumput
yang mengganggu tanaman padi. Istri juga tidak meluangkan waktu untuk kegiatan
olah raga secara khusus, dia hanya ikut membantu suami kerja di sawah.
Anak-anak tidak ada kegiatan olah raga di rumah, sedangkan di sekolah sesuai
jadwal olah raga di sekolah masing-masing.
d. Kebersihan
Diri
Kepala keluarga dan istri mandi 2 kali sehari, yaitu
sepulang dari sawah dan pada sore hari. Anak-anak mandi 2 kali sehari sebelum
berangkat sekolah dan pada sore hari. Kebersihan mandi dua
kali sehari dengan menggunakan
sabun mandi, menggosok gigi sekali sehari dengan pasta gigi serta
mencuci rambut tiga hari sekali dengan
menggunakan sampho, kebiasaan mandi
keluarga di rumah dengan air sumber yang berasal dari mata air Sumberawan.
Berkaitan dengan TBC, keluarga mengatakan tidak mengerti mengenai sanitasi yang
sehat yang dapat mencegah penularan TB paru. Tn.MS mengatakan
tidak mempunyai tempat khusus untuk pembuangan dahak, biasanya meludah di
halaman atau dimana saja saat ia berada.
e. Waktu
Senggang/Hiburan/Rekreasi
Penggunaan waktu senggang oleh anggota keluarga dengan santai–santai atau
digunakan untuk membicarakan masalah keluarga. Anggota keluarga dalam
menggunakan waktu senggangnya sesuai dengan usia dan jenis kelamin. Untuk
mendapatkan hiburan keluarga melihat
televisi dan radio.
f. Istirahat
Pola istirahat keluarga jarang tidaur siang, kalau sempat tidur siang
biasanya selama 1 – 2 jam mulai pukul 12.30 – 14.30. Kebiasaan tidur pada malan
hari jam 22.00 – 05.00. Pada Tn. MS tidurnya sering terganggu oleh karena
sering batuk pada malam hari, dan sering berkeringat dingin pada malam hari.
g.
Kebiasaan Sosial
Semua anggota keluarga terlibat aktif dalam kegiatan sosial masyarakat
seperti kegiatan tahlilan, diba’ dan lain-lain. Kepala keluarga yaitu Tn. MS
dahulu merupakan perokok berat dengan frekuensi 1 pak perhari. Sejak sakit
frekwensi merokok dikurangi sekitar ½ pak perhari.
4. Riwayat Tahap Perkembangan Keluarga
a. Tahap Perkembangan
Keluarga
Tahap perkembangan keluarga saat ini berada pada tahap ke III, yaitu keluarga
dengan anak usia sekolah. Anak pertama perempuan, masih sekolah di SLTA dengan
usia 18 tahun, sedangkan anak kedua laki-laki berusia 12 tahun dan masih sekolah
dibangku SD.
c. Riwayat
Keluarga Inti
Keluarga tidak mempunyai penyakit keturunan. Riwayat kesehatan masing
masing keluarga baik kecuali Tn. MS yang
mempunyai riwayat TBC. Kebiasaan anggota keluarga apabila ada yang sakit
periksa ke Bidan Desa atau ke Mantri. Untuk mengatasi penyakit yang diderita
saat ini, Tn.MS berobat rutin ke Puskesmas Singosari, dan sekarang ini obat
sudah dapat diambil di Polindes.
d. Riwayat Keluarga Sebelumnya
Riwayat
kesehatan sebelumnya, keluarga mengatakan tidak pernah sakit serius. Mertua
Tn.MS saat ini sudah lanjut usia, dan mengalami sakit batuk-batuk dan
linu-linu, belum pernah periksa lab/dahak, hanya berobat kalau linu-linunya
dirasa sangat mengganggu.
5. Faktor Lingkungan
a.
Karakteristik Perumahan
Perumahan yang digunakan
adalah semi permanen dan miliknya sendiri. Luas pekarangan 5 x 9 meter dengan
bangunan rumah 8 x 12 meter. Lantai
rumah sebagian dari plester semen dan sebagian masih tanah, atap dari
genting. Ventilasi ada beberapa yaitu : di ruang tamu ada jendela, disekitar
kamar dan ruang tengah serta dapur, disetiap kamar dan ruang tengah serta dapur
ada lubang angin, Penerangan menggunakan lampu listrik. Kamar tamu ada sebuah
lampu neon 15 watt, ruang tengah terdapat bola lampu 20 watt, masing–masing
kamar dan dapur terdapat lampu pijar 10 watt.
Ruang tamu cukup rapi dan bersih, terdapat
perabotan (kursi), ruang tidur, dapur
berdinding bambu anyam dan lantai tanah. Keluarga mempunyai kamar mandi tapi
tidak ada WC, bila buang air besar di sungai atau numpang di WC tetangga.
Halaman rumah tampak kurang bersih oleh rerumputan disekitar rumahnya.
Keluarga
menggunakan air sumber dari mata air Sumberawan untuk minum dan memasak,
keadaan air secara fisik jernih, tidak berbau dan tidak berasa. Keluarga menyimpan
air dari sumur dalam gentong yang kebersihannya cukup dan tertutup.
Keluarga
mempunyai tempat pembuangan limbah yang dibuang langsung di belakang rumah dan
dibiarkan terbuka.
Keluarga mempunyai ternak sapi dengan kandang menempel di belakang dapur.
Pembuangan kotoran ternak berupa jurang terbuka berjarak 3 meter dari kandang.
6. Struktur Keluarga
a. Pola Komunikasi Keluarga
keluarga Tn. MS dalam berkomunikasi menggunakan
bahasa jawa. Dalam keluarga mempunyai kebiasaan berkomunikasi setiap saat dan
waktu santai. Komunikasi saat makan
sering dilakukan, dan terbiasa makan
bersama.
b. Struktur Kekuatan Keluarga
Keluarga tidak mempunyai peran dalam masyarakat,
hal ini terbukti dengan ketidakmampuan keluarga Tn. MS dalam mempengaruhi
tetangga. Kekuatan dalam keluarga yang dapat digunakan untuk meningkatkan derajat
kesehatan adalah Tn. MS dan Ny.F cukup bijaksana, tampak sabar dalam menghadapi
penyakit atau masalah yang dialami oleh anggota keluarga, sehingga dapat
mendorong Tn.MS untuk berobat secara teratur sampai sembuh. Ny.F sering
mengingatkan Tn.MS jika lupa minum obat.
c. Struktur Peran ( Formal Dan Informal )
Keluarga
dalam struktur peran formal tidak ada
atau tidak mempunyai peran. Begitu juga dalam perannya secara informal.
d. Nilai Dan Norma Keluarga
Keluarga
Tn. MS menganut agama Islam, dalam kehidupan keseharian diwarnai dengan
kebiasaan secara agamis. Disamping itu keluarga menganut kebudayaan Jawa, norma
yang dianut juga kebudayaan jawa. Dalam
kebiasaan keluarga Tn. MS tidak ada yang bertentangan dengan kesehatan.
7. Fungsi Keluarga
a. Fungsi Afektif
Dalam
kehidupan keseharian, keluarga Tn. MS sangat harmonis, rukun dan tentram. Semua
keluarga merasa saling memiliki, apabila
ada keluarga yang sakit atau ditimpa musibah, maka anggota keluarga yang lain
ikut merasakan akan hal yang sama yaitu keadaan sakit atau ditimpa
musibah.
b. Fungsi Sosialisasi
Hubungan dalam keluarga
Tn. MS menganut kebudayaan jawa. Dalam berhubungan dengan anggota masyarakat,
keluarga tidak tampak kaku. Keluarga sangat membaur dengan budaya yang ada
disekitarnya.
c. Fungsi Perawatan
Kesehatan
Keluarga Tn MS mampu
untuk kurang mengenal dengan baik masalah kesehatan yang dialami oleh salah
satu anggota keluarga yaitu Tn. MS dengan TB paru. Hal ini dibuktikan dengan
bahwa keluarga belum mampu untuk menyebutkan tentang tanda dan gejala serta
faktor penyebab dari TB paru.
Kemampuan keluarga untuk
mengerti tentang sifat masalah sudah tampak, karena keluarga tidak menganggap
bahwa batuk – batuk yang dialami oleh Tn. MS dianggap sebagai batuk biasa dan
keluarga sudah memeriksakannya ke Puskesmas Singosari dan sudah mendapat terapi
sejak bulan Oktober 2007. Sejak awal pengobatan, Tn.MS mengatakan sudah berobat
secara teratur. Kalau obat habis, keluarga langsung pergi ke Puskesmas untuk
mengambil obat. Tn.MS mengatakan sebenarnya malas minum obat karena setelah
minum obat, ia merasa mual dan kembung. Tapi Tn.MS ingin cepat sembuh, sehingga
walaupun malas ia tetap meminum obatnya.
Pemanfaatan fasilitas
kesehatan, keluarga Tn. MS mampu untuk memanfaatkannya, karena Tn. MS selama
sakit berobat ke Puskesmas Singosari.
d. Fungsi Reproduksi
Jumlah anak yang dimiliki oleh Tn. MS adalah
2 orang, Ny.F menggunakan KB Suntik.
e. Fungsi Ekonomi
Keluarga Tn. MS termasuk keluarga yang
kurang mampu hal ini dapat dilihat dari penghasilan tiap bulanya hanya sekitar
Rp.500.000/perbulan. Dalam pemenuhan sandang, pangan dan papan keluarga Tn. MS
sangat sederhana. Untuk memenuhi kebutuhan makan sehari-hari, Tn.MS menanam
sayur di tepi sawahnya serta di pekarangan rumahnya. Jika ingin makan
lauk-pauk, Tn.MS biasa mencari ikan di sungai dekat rumahnya.
8. Stres Dan koping Keluarga
a. Stressor Jangka Pendek
Dan Panjang
Keluarga Tn. MS
mengatakan hampir tidak pernah mengalami stress baik itu stess jangka pendek (
< 6 bulan ) maupun jangka panjang ( > 6 bulan ). Tetapi keluarga Tn. MS
hanya mengalami stress biasa yang dapat dengan segera diatasi.
b. Kemampuan Keluarga
Berespon Terhadap Situasi/Stressor
Pola pemecahan masalah dalam keluarga Tn. MS adalah
dengan cara musyawarah antar anggota keluarga, kadang juga melibatkan anaknya.
Misalnya dalam menentukan pengobatan Tn.
MS, dalam pengambilan keputusan di keluarga yang paling menonjol adalah Tn. MS
c. Strategi Adaptasi
Disfungsional
Dalam menghadapi suatu permasalahan keluarga Tn. MS
biasanya mengkonsentrasikan pada bagaimana cara pemecahan masalah tersebut.
Sehingga keluarga tidak terganggu dalam melakukan pekerjaan keseharian.
9. Pemeriksaan Fisik
a. Pemeriksaan Fisik Tn. MS
Riwayat kesehatan sekarang : sejak enam bulan yang lalu Tn. MS
sering batuk yang disertai adanya dahak yang warnanya kekuningan dan kadang
disertai darah dalam dahaknya, demam di malam
hari, nafsu makan menurun, berat badan agak menurun.
Riwayat kesehatan masa lalu : Tn. MS
tidak pernah menderita penyakit yang berat, kronis atau penyakit yang menular.
Tn. MS tidak pernah minum – minuman keras, tapi merupakan perokok berat dengan
frekwensi 1 – 1,5 pak perhari.
Pemeriksaan Fisik :
Tanda vital : tekanan darah 100/70
mmHg, nadi 84/menit, respirasi 22/menit,
tinggi badan 162 cm, berat badan 48 kg.
Bentuk
kepala bulat, ukuran sedang dan simetris. Kulit kepala tidak ada luka, ketombe
dan bersih. Pertumbuhan rambut merata, warna hitam dan putih, tidak rontok.
Wajah agak pucat. Struktur simetris dan
tidak ditemukan kesan sembab.
Mata
lengkap, simetris, skelera tidak ikterus, tidak ada peradangan, konjungtiva
agak anemis, tidak ada benjolan abnormal, penglihatan agak kabur.
Telinga
lengkap, simetris bilateral, pendengaran baik, tidak ada radang atau benjolan
yang abnormal.
Mulut dan
faring : bibir tidak sianosis, kering
dan tidak ada luka, gigi dan gusi normal, adanya sisa makanan, caries tidak
ada, terdapat karang gigi dan tidak
ditemukan perdarahan. Lidah berwarnah merah merata. Bau nafas tidak ada, uvula simetris, tonsil tidak
meradang dan tidak ada perubahan suara.
Hidung
bersih, tidak ada secret, tidak terdapat tanda radang, tidak terjadi deviasi septum nasi, tidak terdapat polip. Pernafasan cuping hidung
tidak ada.
Leher ,
posisi trachea simetris, tidak ditemukan pembesaran tyroid dan perubahan suara
serta pembesaran kelenjar limfe.
Thorak :
bentuk normal, frekwensi pernafasan 22 permenit, terdapat retraksi intercosta
dan batuk produktif serta pergerakan dada kanan dan kiri sama. Fokal fremitus
lebih bergetar paru kiri dari pada kanan, perkusi suara dullness. Suara nafas
bronchial dan bronkho-vesikuler terdapat ronkhi basah. Jantung suara S1 dan S2
tunggal, tidak ada tanda – tanda pembesaran jantung. Kelainan tulang belakang tidak
ditemukan.
Abdomen
turgor baik, bentuk perut cekung, bising usus 12/menit, perkusi tympani, hepar
, lien tidak ada kelainan
Ekstrimitas
simetris, tidaki terdapat edema, tidak ada varieses, kekuatan otot empat.
b. Pemeriksaan Fisik Ny. F
Riwayat Kesehatan masa lalu : Ny. F tidak pernah
menderita penyakit yang berat, kronis
atau penyakit yang menular.
Tanda vital : tekanan darah 110/80
mmHg, nadi 80/menit, respirasi 14/menit,
tinggi badan 152 cm, berat badan 52 kg.
Tidak tampak gejala-gejala penyakit yang serius,
tanda-tanda penularan kuman TBC dari Tn.MS ke Ny.F. Fungsi pernafasan baik,
tidak mengeluh batuk-batuk yang menetap. Juga tidak mengeluhkan gejala-gejala
penyakit yang lain.
c. Pemeriksaan Fisik An. AS
Riwayat Kesehatan masa lalu : An.AS tidak pernah
menderita penyakit yang berat, kronis
atau penyakit yang menular.
Tanda vital : tekanan darah 100/70
mmHg, nadi 80/menit, respirasi 18
x/menit, tinggi badan 144 cm, berat badan 38 kg.
Tidak tampak gejala-gejala penyakit yang serius,
tanda-tanda penularan kuman TBC dari Tn.MS ke An.AS. Fungsi pernafasan baik,
tidak mengeluh batuk-batuk yang menetap. Juga tidak mengeluhkan gejala-gejala
penyakit yang lain.
d. Pemeriksaan Fisik Nn. S
Riwayat Kesehatan masa lalu : menurut Ny.F, Nn.S
tidak pernah menderita penyakit yang
berat, kronis atau penyakit yang menular. Saat kumnjungan pertama, perawat
tidak berjumpa dengan Nn.S karena belum pulang dari sekolahnya.
e. Pemeriksaan Fisik Ny.M
Riwayat Kesehatan masa lalu : menurut Ny.F, Ny.M
sudah lama mempunyai penyakit linu-linu.
Tanda vital : tekanan darah 160/90
mmHg, nadi 76/menit, respirasi 16
x/menit, tinggi badan 150 cm, berat badan 50 kg.
Wajah agak pucat. Struktur simetris dan tidak
ditemukan kesan sembab.
Mata lengkap,
bola mata keruh, penglihatan agak kabur.
Telinga
lengkap, simetris bilateral, fungsi pendengaran menurun
Leher ,
posisi trachea simetris, tidak ditemukan pembesaran tyroid dan perubahan suara
serta pembesaran kelenjar limfe.
Thorak :
bentuk normal, frekwensi pernafasan 16 x/menit. Jantung suara S1 dan S2
tunggal, tidak ada tanda – tanda pembesaran jantung. Tulang belakang agak
membungkuk.
Ekstremitas
: terjadi penurunan fungsi gerak (gerakan agak terbatas). Tidak ada edema
ekstremitas. Kekuatan otot nilia 4.
10. Harapan Keluarga
Keluarga
berharap agar batuk Tn.MS segera sembuh
sehingga tidak mengalami gangguan jika bekerja di sawah.
B. Analisa Data
No
|
D a t a
|
Masalah
|
Etiologi
|
1.
|
DS :
-
Tn. MS mengatakan biasa membuang ludah di halaman,
tidak ada tempat khusus.
-
Tn. MS mengatakan belum tahu akibat bila tidak melakukan tindakan pencegahan
pada keluarga.
-
Ny. F mengatakan kurang mengerti tentang pencegahan
TBC
-
Keluarga tidak tahu
bagaimana cara penularan TB paru kepada orang lain
dan bagaimana cara pencegahan terhadap
anggota keluarga yang lain.
-
Keluarga mengatakan
tidak mengerti mengenai
sanitasi yang sehat yang dapat mencegah penularan TB paru.
-
Tn.MS aktif mengikuti kegiatan sosial keagamaan di
masyarakat seperti acara tahlilan, yaasinan, dsb.
DO :
-
Lantai rumah
sebagian terbuat dari tanah, tampak lembab dan kotor.
-
Tidak ada tempat khusus untuk membuang dahak
-
Tidak ada
tempat khusus untuk
pembuangan limbah rumah.
-
Alat makan
keluarga tidak ada pemisahan
atau digunakan bersama
-
Pencahayaan rumah (kamar tidur) kurang.
-
Tn.MS tidur sekamar dengan Ny.F
|
Resiko penyebaran / penularan infeksi
|
Perilaku kurang higienis
|
DS :
-
Keluarga mengatakan
sejak lima bulan yang lalu sering batuk yang disertai dahak.
-
Keluarga mengatakan bahwa Tn.MS sakit paru-paru, tapi
tidak tahu jenis penyakit, penyebab, pencegahan, perawatan dan pengobatannya.
-
Tn. MS mengatakan, “ saya belum tahu akibat yang terjadi, bila penyakit saya tidak
diobati “.
-
Ny. F mengatakan ,” Tn. MS sudah diperiksakan di RS
Soepraoen“. Tetapi batuknya masih sering dan agak sesak.
DO :
-
Keluarga tidak bisa menjawab pertanyaan tentang
pengertian penyakit, pencegahan, perawatan dan pengobatannya
-
Pendidikan Tn.MS dan Ny.F SD
-
Setelah dijelaskan tentang pengertian penyakit, cara
pencegahan dan pengobatannya, Tn.MS dan Ny.F belum bisa menjawab pertanyaan
sederhana perawat
|
Kurang pengetahuan
|
Kurang informasi dan
keterbatasan kemampuan mencerap informasi
|
|
DS :
-
Keluarga mengatakan Tn.MS sudah menjalani pengobatan
sejak bulan Oktober 2007
-
Tn.MS mengatakan sering lupa minum obat, tapi selalu
diingatkan oleh istrinya
-
Tn.MS mengatakan sering mual dan kembung setelah
minum obat
-
Tn.MS mengatakan sebenarnya malas minum obat, tapi ia
ingin penyakitnya cepat sembuh
DO :
-
Pemeriksaan fisik : bentuk dada normal, terdapat
retraksi intercosta, batuk produktif. Nafas agak sesak.
-
lantai ruang tamu dari porselin, sisanya terbuat dari
tanah keadaannya kotor dan lembab.
-
Ventilasi kurang karena jendela / lubang angin
terlalu sempit (kurang dari 10% luas lantai).
|
Resiko kerusakan penatalaksanaan
program terapi di rumah (pengobatan tidak tuntas)
|
D.
Prioritas Masalah
1. Resiko penyebaran infeksi
sehubungan dengan perilaku kurang higienis.
NO
|
Kreteria
|
Perhit
|
Nilai
|
Pembenaran
|
1
2
3
4
|
Sifat masalah : ancaman
Kemungkinan masalah untuk
diubah : mudah
Potensial masalah untuk dicegah
: tinggi
Menonjolnya masalah : keluarga
tahu ada masalah tapi merasa bukan sebagai bahaya
|
2/3 X 1
2/2 X 2
3/3 X 1
1/2
|
2/3
2
1
1/2
|
Klien telah berobat secara
teratur, tapi biasa meludah di sembarang tempat, aktif dalam kegiatan
perkumpulan di masyarakat, tidur sekamar dengan istri
Selama pasien berobat secara
teratur, kuman TBC kemungkinan besar tidak akan aktif. Tapi perlu didukung
oeleh perubahan perilaku yang lebih higienis
Penyebaran kuman TB paru dapat
dicegah asal keluarga mau hidup sehat dan hubungan dengan petugas
kesehatan cukup baik.
Keluarga tahu bahwa penyakit
Paru yang dialami Tn.MS bisa menular tapi merasa bukan sebagai bahaya.
|
Jumlah
|
4 1/6
|
2. Kurang pengetahuan tentang penyakit, penyebab, cara pencegahan,
perawatan dan pengobatann s.d kurangnya informasi dan keterbatasan mencerap
informasi
NO
|
Kreteria
|
Perhit
|
Nilai
|
Pembenaran
|
1
2
3
4
|
Sifat masalah : aktual
Kemungkinan masalah dapat diubah : hanya sebagian
Potensial masalah untuk dicegah
: cukup
Menonjolnya masalah: keluarga
menyadari bahwa mereka kurang paham dan mereka ingin diberi penjelasan yang
lebih rinci
|
3/3 X 1
½ X 2
2/3 X 1
2/2 x 1
|
1
1
2/3
1
|
Keluarga tidak memahami dengan
baik masalah kesehatan yang dialami Tn.MS
Pemberian informasi tentang
penyakit dan kebutuhan perawatan akan sulit dipahami karena kemampuan
keluarga menyerap informasi kurang baik, pendidikan rendah
Membantu keluarga memaha-mi masalah kesehatan bisa
dilakukan melalui bahasa keluarga dengan mediasi anaknya pertamanya yang
sekolah SMA.
Keluarga tidak merasakan adanya
masalah yang harus segera ditangani
|
Jumlah
|
3 2/3
|
3. Resiko kerusakan manajemen terapeutik / tatalaksana pengobatan
dirumah (pengobatan terputus) s.d. efek samping obat dan pengobatan jangka
panjang
NO
|
Kreteria
|
Perhit
|
Nilai
|
Pembenaran
|
1
2
3
4
|
Sifat masalah : potensial
Kemungkinan masalah dapat diubah : hanya sebagian
Potensial masalah untuk dicegah
: cukup
Menonjolnya masalah: masalah dirasakan tapi tidak perlu
segera ditangani
|
2/3 X 1
½ X 2
2/3 X 1
1/2 x 1
|
2/3
1
2/3
1/2
|
Tn. MS merasa malas minum obat,
dan sering lupa
Pengobatan jangka panjang
membutuhkan kesabaran dan dukungan yang besar dari orang-orang terdekat, yang
mau mengingatkannya jika upa minum obat
Dukungan istri cukup baik, selalu mengingatkan Tn.MS jika
lupa minum obat
Keluarga tidak merasakan adanya
masalah yang harus segera ditangani
|
Jumlah
|
3 1/6
|
Maka prioritas
masalahnya sebagai berikut :
1.
Resiko
penyebaran infeksi sehubungan dengan perilaku kurang higienis
2.
Kurang
pengetahuan tentang penyakit, penyebab, cara pencegahan, perawatan dan
pengobatann s.d kurangnya informasi dan keterbatasan mencerap informasi
3.
Resiko
kerusakan manajemen terapeutik / tatalaksana pengobatan dirumah (pengobatan
terputus) s.d. efek samping obat dan pengobatan jangka panjang
E. Rencana Asuhan Keperawatan
1.
Resiko penyebaran infeksi TBC
Tujuan umum : terhindarnya penularan
dan penyebaran kuman TBC ke orang-orang terdekat maupun pada masyarakat sekitar
Intervensi :
-
Jelaskan penyebab TB paru adalah basil mycobacterium tuberculosa, dimana dapat
menyerang semua orang baik kecil, tua,
muda, kaya, miskin.
-
Jelaskan dengan bahasa sederhana tentang cara
penularan TB paru yaitu melalui percikan
ludah atau sputum pada waktu klien TB paru : bersin , batuk dan menguap. Daya
tahan tubuh yang dipengaruhi oleh usia, nutrisi dan faktor faali.
-
Kaji cara keluarga
dalam mengambil keputusan untuk mencegah
terjadinya penularan penyakit TB paru.
-
Jelaskan akibat
bila tidak dilakukan perawatan
pada anggota keluarga misal
penularan pada anggota keluarga.
-
Jelaskan cara menghindari penularan TB paru seperti
menjaga kondisi tubuh sebaik mungkin karena
dalam kondisi tubuh yang buruk mudah tertular.
-
Motivasi keluarga untuk melakukan usaha pencegahan
-
Jelaskan dan demontrasikan cara hidup sehat seperti : pada saat batuk,
bersin dan menguap sebaiknya mulut dan
hidung ditutup ; cara membuang dahak atau ludah
yaitu di kloset kemudian di siram, apabila dahak dibuang dihalaman maka
harus diuruk dengan tanah ; alat makan sebaiknya tersendiri, setelah dipakai
sebaiknya disiram dengan air mendidih
kemudian dicuci bersih.
-
Jelaskan dan
demontrasikan tentang rumah yang
mendukung tidak terjadinya penularan TB paru, seperti menjaga kebersihan
lingkungan dari polusi udara, ventilasi rumah harus cukup sehingga udara dapat tertukar dengan leluasa,
pencahayaan dalam rumah harus cukup, sinar matahari bisa masuk secukupnya
karena kuman TB dan beberapa kuman lain akan mati bila terkena sinar matahari.
-
Jelaskan bahwa klien TB
perlu dukungan semangat untuk hidup panjang umur dan jangan putus asa .
-
Jelaskan bahwa klien butuh udara segar.
-
Demontrasikan cara menciptakan linkungan rumah yang
sehat.
-
Motivasi keluarga untuk mewujudkan lingkungan rumah
yang sehat dengan syarat yaitu fisik (kontruksi harus baik dan kuatserta tidak
lembab.).psikologis (pembagian ruangan yang baik, penataan perabot yang rapi,
kelengkapan fasilitas sanitasi) dan fisiologis (fentilasi harus baik,
pencahayaan harus cukup dan terhindar dari kebisingan)
-
Kaji pengetahuan keluarga dalam memanfaatkan fasilitas
kesehatan yang ada di masyarakat
-
Jelaskan kepada keluarga tentang manfaat fasilitas
keluarga
-
jelaskan bahwa pengobatan TB paru perlu kesabaran
karena harus rajin berobat dan paling sedikit 6 bulan.
-
Jelaskan tentang jadwal pemeriksaan spetum yaitu ,
kantrol sputum BTA dilakukan sebulan sekali, bila sudah negatif sputum BTA
tetap diperiksa sedikitnya sampai tiga kali berturut-turut
-
Jelaskan bahwa pemeriksaan radiologis dilakukan tiap
tiga bulan sekali.
-
Jelaskan bila klien di runah mengalami sesuatu misal
batuk darah, maka anjurkan untuk mengunjungi fasilitas kesehatan meskipun belum
waktunya kontrol.
-
Jelaskan fasilitas kesehatan yang ada di masyarakat
selain puskesmas juga dokter-dokter swasta, rumah sakit swasta dan lain-lain.
2.
Kurang pengetahuan tentang penyakit, penyebab, cara
pencegahan, perawatan dan pengobatann s.d kurangnya informasi dan keterbatasan
mencerap informasi
Tujuan Umum : keluarga mampu melakukan tindakan untuk mencegah terjadinya
penularan penyakit TB paru pada anggota.
Intervensi :
-
Jelaskan dengan menggunakan bahasa yang sederhana dan
mudah dimengerti tentang gejala penyakit Tb paru seperti klien merasa lesu,
pucat, anorexia, demam dimalam hari dengan atau tanpa berkeringat dingin, sesak
nafas, batuk/batuk darah.
-
Jelaskan bahwa
batuk darah yang hebat dapat mengakibatkan
pneumonia aspirasi, tersumbatnya jalan nafas.
-
kaji pengetahuan keluarga tentang cara – cara pemecahan
masalah yang tepat.
-
Jelaskan cara prinsip pemecahan masalah pada TB paru
yaitu dengan pengobatan dan perawatan
yang tepat dan teratur.
-
Jelaskan akibat bila Tb paru tidak diobati dalam jangka waktu yang lama dapat menimbulkan komplikasi seperti batuk
darah.
-
kaji pengetahuan keluarga tentang tata cara perawatan
klien TB paru.
-
Jelaskan dengan
bahasa yang mudah dimengerti tentang perawatan klien TB
paru : makan yang banyak dan bergizi tinggi, istirahat yang cukup , pikiran diusahakan santai hindari stres yang berlarut – larut,
berhenti merokok dan hindari polusi udara. Gerak badan dianjurkan bila penyakit tampak sembuh.
-
Jelaskan pengobatan TB paru dan cara minum obat serta berapa lama harus
minum obat.
3.
Resiko kerusakan manajemen terapeutik
Tujuan : Keluarga memahami tentang kondisi, tindakan pencegahan
infeksi, penatalaksanaan stress, faktor pemberat, tanda dan gejala komplikasi,
dan sumber-sumber di komunitas yang dapat digunakan.
Kriteria hasil :
-
Menunjukkan niat untuk berbagi masalah dengan anggota
keluarga yang lain atau teman yang dapat dipercaya.
-
Menyebutkan efek samping obat.
-
Mengidentifikasi strategi untuk mengurangi stress.
-
Mengidentifikasi tanda-tanda dan gejala yang harus
dilaporkan pada tenaga kesehatan.
-
Menggambarkan penatalaksanaan jangka panjang penyakit.
-
Menyebutkan manfaat penggunaan gelang
Kewaspadaan-Medis.
Intervensi
:
-
Ajarkan mengenai diagnosis dan penatalaksanaan penyakit
jangka panjang untuk menentukan tingkat pembelajaran klien-keluarga.
-
Ajarkan inkompatibilitas obat - obatan :
-
Ajarkan pemberian obat-obatan :
-
Ajarkan strategi penatalaksanaan stess : gunakan tehnik
relaksasi, bimbingan imajinasi, rujuk ke sumber komunitas untuk program
penatalaksanaan stress.
-
Ajarkan konservasi energi.
-
Informasikan klien tentang faktor yang diketahui
mencetuskan eksaserbasi :
-
Jelaskan tanda dan gejala yang harus dilaporkan pada
profesional pelayanan kesehatan :
-
Ajarkan tehnik
mengunyah dan menelan
F. Impelementasi Dan Evaluasi
NO
|
TANGGAL
|
Diagnosa
|
Impelementasi
|
Evaluasi
|
1
2.
3
4
|
22 Des 2007
Sabtu pagi
27 Des 2007
Kamis pagi
8 Jan 2008
Selasa pagi
11 Des 2001
Jumat pagi
|
Resiko penyebaran penyakit
Kurang pengetahuan
Resiko kerusakan manajemen penatalaksanaan di
rumah
Resiko penularan penyakit
|
n menjelaskan penyabab TB
paru
n menjelaskan tentang gejala
TB paru
- mengkaji pengetahuan
keluarga tentang resiko terjadinya penularan TB paru pada anggota keluarga.
- Menjelaskan tentang cara penularan TB paru
- Menjelaskan kepada keluarga
tentang manfaat fasilitas kesehatan yang ada di masyarakat.
- Mengjkaji pengetahuan klg
tentang manfaat fasilitas kesehatan yang ada di masyarakat.
- menjelaskan cara menghindari penularan TB paru
seperti menjaga kondisi tubuh.
-Memotivasi dan mendemontrasikan cara hidup sehat seperti : menutup mulut
pada saat batuk atau bersin , cara
membuang dahak atau ludah bila dibuang di halaman maka harus diuruk dengan
tanah. Alat makan harus terpisah
|
S : keluarga
mengatakan masih sulit untuk mengerti
tentang penyebab dan gejala TB paru.
O : keluarga
tidak mampu menyebutkan dengan bahasa
yang sederhana tentang penyebab dan gejala TB paru.
A : masalah belum teratasi
P :
lanjutkan intervensi.
S : keluarga
mengatakan sudah tahu cara penularan
TB paru pada anggota keluarga dengan cara percikan ludah.
O : keluarga
mampu menjelaskan dengan bahasa yang
sederhana tentang cara penularan TB paru yaitu melalui percikan ludah.
A : masalah
teratasi
P : hentikan
intervensi.
S : klg
mengatakan telah tahu manfaat yang di dapat dari fasilitas kesehatan yang ada
di masyarakat
O : keluarga
mampu menjelaskan manfaat dari fasilitas kesehatan yang ada di masyarakat.
A : masalah
teratasi sebagian.
P :
lanjutkan intervensi.
S : keluarga
mengatakan telah mengetahui cara merawat anggota keluarga agar tidak
tertular, tapi belum mampu melakukan khusus memisahkan alat makan dengan
klien.
O : keluarga
mampu menjelaskan dan belum mampu mendemontrasikan cara perawatan pada
anggota keluarga agar tidak tertular TB paru.
A : masalah
teratasi sebagian
P :
lanjutkan intervensi
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar