Tidak semua yang Saya tulis adalah Saya, tidak semua yang Kamu baca adalah Kamu

Selasa, 05 Maret 2013

MEET ME HERE AND THERE!


Okay, page ini cuma untuk memberi tahukan kepada kalian, bahwa kalian juga dapat menghubungi saya disini :
Tumblr saya ini adalah miniblog yang sangat sering saya update. Sayangnya, tidak semua yang saya post di miniblog ini adalah hasil tulisan saya. kenapa? karena ini adalah miniblog, dan begitu banyak hal yang sederhana yang memang sudah seharusnya disampaikan dengan sederhana, hehe. tapi saya yakin, kamu pasti suka miniblog yang ini. Jadi, jangan sungkan untuk mampir ya ;)
2. TWITTER —> https://twitter.com/ik_nona
Disini kamu bisa tau kegiatan saya sehari-hari (macam artis aja deh, haha), berbagi informasi tentang apasaja, atau saling share quote. so, you just have to follow me! ;)
Ini mah ga perlu dijelaskan kan ya? add me, it will be great to know you ;)
klo yg ini nih fanpage facebook saya..Like ya  ;)
5. GOODREADS —> http://www.goodreads.com/kusebutdirikunona
Kamu bisa add saya disini. Mungkin kita bisa saling share tentang buku yang kita suka. who knows? :)
6. FORMSPRING —> http://www.formspring.me/IKNONA
Well, kamu punya pertanyaan untuk saya? apapun itu, kamu bisa tanya saya disini ;) 

Senin, 04 Maret 2013

MENENTUKAN USIA KEHAMILAN




Menentukan umur hamil sangat penting untuk memperkirakan persalinan. Umur hamil dapat ditetuukan dengan:


1. Mempergunakan rumus Naegle.
Rumus naegele terutama untuk menentukan hari perkiraan lahir (HPL, EDC= Expected Date of Confinement). Rumus ini terutama berlaku untuk wanita dengan siklus 28 hari sehingga ovulasi terjadi pada hari ke 14. Rumus Naegle memperhitungkan umur kehamilan berlangsung selama 288 hari. Perhitungan kasarnya dapat dipakai dengan menentukan hari pertama haid dan ditambah 288 hari, sehingga perkiraan kelahiran dapat ditetapkan.
Rumus Naegle dapat dihitung hari haid pertama ditambah 7 (tujuh) dan bulannya dikurang 3 (tiga)dan Tahun ditambah 1 (satu).
a. Contohnya, haid hari pertama tanggal 11 april 2000, maka penghitungan perkiraan kelahiran adalah 11 + 7 = 18; 4 -3= 1, dan Tahun 2000+1 = 2001, sehingga dugaan persalinan adalah 18 Januari 2001.

b. Seorang ibu hamil memiliki HPHT 15-9-2005 dan diperiksa pada 27-11-2005. Maka umur kehamilan dan hari perkiraan lahir (HPL) adalah:
15-09-2005 = 2 minggu 1hari
31-10-2005 = 4 minggu 3 hari
27-11-2005 = 3 minggu 6 hari
Jumlah 9 minggu 10 hari
Berarti usia kehamilan : 10 minggu 3 hari
Jadi umur kehamilan saat diperiksa adalah 10 minggu 3 hari atau 10 minggu genap.

Cara menghitungnya: 
1 minggu terdiri atas 7 hari.
a. Tanggal 15-09-2005, berarti hari ke-15. Ini sama dengan 2 x 7 hari = 14 hari + 1 hari (2 minggu lebih 1 hari)
b. Bulan Oktober (bulan 10) terdiri atas 31 hari. Ini berarti 4 x 7 hari = 28 hari + 3 hari atau sama dengan 4 minggu lebih 3 hari
c. tanggal 27-11-2005 berarti hari ke-27 sama dengan 3 x 7 hari = 21 hari + 6 hari (3 minggu lebih 6 hari). Sementara HPL dihitung dengan rumus Naegel = Hari + 7, Bulan ¬ 3 = 15 + 7, 9 ¬ 3 jadi HPL = 22-06-2005

Bila mempunyai kalender obstetrik maka usia kehamilan dan HPL dapat dilihat di tabel kalender tersebut.

2. Gerakan pertama fetus.
Dengan memperkirakan terjadinya gerakan pertama fetus pada umur hamil 16 minggu. maka perkiraan umur hamil dapat ditetapkan.

3. Perkiraan tingginya fundus uteri.
a. Mempergunakan tinggi fundus uteri untuk memperkirakan umur hamil terutama tepat pada hamil pertama. Secara tradisional perkiraan tinggi fundus dilakukan dengan palpasi fundus dan membandingkannya dengan beberapa patokan antara lain simfisis pubis, umbilikus, atau prosesus xipoideus. Cara tersebut dilakukan tanpa memperhitungkan ukuran tubuh ibu. Pada kehamilan kedua dan seterusnya perkiraan ini kurang tepat.

Tinggi fundus uteri = Umur kehamilan 
1/3 di atas simfisis = 12 minggu
½ simfisis-pusat = 16 minggu
2/3 di atas simfisis = 20 minggu
Setinggi pusat = 22 minggu
1/3 di atas pusat = 28 minggu
½ pusat-prosesus xifoideus = 34 minggu
Setinggi prosesus xifoideus = 36 minggu
Dua jari (4cm) di bawah prosesus xifoideus = 40 minggu

Perbedaan Usia Kehamilan 8 bulan dengan 10 bulan
8 Bulan hamil
Perut lebih kecil
Epigastrium tegang
Pusat datar
Kepala teraba kecil
Kepala belum masuk PAP

10 bulan hamil
Perut besar
Epigastrium lembek, karena kepala janin masuk PAP
Pusat menonjol
Kepala besar.
Kepala telah masuk PAP

Ketidak akuratan metode ini :
1. Wanita bervariasi pada jarak simfisis pubis ke prosesus xifoid, lokasi umbilikus diantara 2 titik (imajiner) ini.
2. Lebar jari pemeriksa bervariasi antara yang gemuk dan yang kurus.

Keuntungan :
1. Digunakan jika tidak ada Caliper atau pita pengukur.
2. Jari cukup akurat untuk menentukan perbedaan yang jelas antara perkiraan umur kehamilan dengan tanggal dan dengan temuan hasil pemeriksaan dan untuk mengindikasi perlunya pemeriksaan lebih lanjut jika ditemukan ketidak sesuaian dan sebab kelainan tersebut.

b. Metode ini menggunakan alat ukur Caliper.
Caliper digunakan dengan meletakkan satu ujung pada tepi atas simfisis pubis dan ujung yang lain pada puncak fundus. Kedua ujung diletakkan pada garis tengah abdominal. Ukuran kemudian dibaca pada skala cm (centimeter) yang terletak
ketika 2 ujung caliper bertemu. Ukuran diperkirakan sama dengan minggu kehamilan setelah sekitar 22-24 minggu .

Keuntungan :
Lebih akurat dibandingkan pita pengukur terutama dalam mengukur TFU setelah 22-24 minggu kehamilan (dibuktikan oleh studi yang dilakukan Engstrom, Mc.Farlin dan Sitller)

Kerugian :
Jarang digunakan karena lebih sulit, lebih mahal, kurang praktis dibawa, lebih susah dibaca, lebih susah digunakan dibandingkan pita pengukur

c. Menggunakan pita pengukur yang mungkin merupakan metode akurat kedua dalam pengukuran TFU setelah 22-24 minggu kehamilan. Titik nol pita pengukur diletakkan pada tepi atas simfisis pubis dan pita pengukur ditarik melewati garis tengah abdomen sampai puncak. Hasil dibaca dalam skala cm, ukuran yang terukur sebaiknya diperkirakan sama dengan jumlah minggu kehamilan setelah 22-24 minggu kehamilan.

Keuntungan :
Lebih murah, mudah dibawa, mudah dibaca hasilnya, mudah
digunakan dan Cukup akurat

Kerugian :
Kurang akurat dibandingkan caliper

d. Menggunakan pita pengukur tapi metode pengukurannya berbeda. Garis nol pita pengukur diletakkan pada tepi atas simfisis pubis di garis abdominal, tangan yang lain diletakkan di dasar fundus, pita pengukur diletakkan diantara jari telunjuk dan jari tengah, pengukuran dilakukan sampai titik dimana jari menjepit pita pengukur. Sehingga pita pengukur mengikuti bentuk abdomen hanya sejauh puncaknya dan kemudian secara relatif lurus ke titik yang ditahan oleh jari-jari pemeriksa, pita tidak melewati slope anterior dari fundus.

Caranya tidak diukur karena tidak melewati slope anterior tapi dihitung secara matematika sebagai berikut ;
a. Sebelum fundus mencapai ketinggian yang sama dengan umbilikus, tambahkan 4 cm pada jumlah cm yang terukur. Jumlah total centimeternya diperkirakan sama dengan jumlah minggu kehamilan
b. Sesudah fundus mencapai ketinggian yang sama dengan umbilikus, tambahkan 6 cm pada jumlah cm yang terukur. Jumlah total centimeternya diperkirakan sama dengan jumlah minggu kehamilan

Keuntungan :Cukup akurat

Kerugian : 
Rumit, tidak praktis

4.Ultrasonografi
a. Konfirmasi kehamilan. Embrio dalam kantung kehamilan dapat dilihat pada awal kehamilan 51/2 minggu dan detak jantung janin biasanya terobsevasi jelas dalam usia 7 minggu.
b. Mengetahui usia kehamilan. Untuk mengetahui usia kehamilan dapat dengan mengunakan ukuran tubuh fetus—sehingga dapat memperkirakan kapan tanggal persalinan.

Penentuan umur kehamilan dengan ultrasonografi menggunakan 3 cara:
1. Dengan mengukur diameter kantong kehamilan (GS= Gestational Sac) untuk kehamilan 6-12 minggu.
2. Dengan mengukur jarak kepala bokong (GRI= Grown rump Length) untuk umur kehamilan 7-14 minggu.
3. Dengan mengukur diameter biparietal (BPD) untuk kehamilan lebih dari 12 minggu.

sumber
1. Evelyn C. Pearce. Anatomi Dan Fisiologi. Gramedia. Jakarta; 2002
2. E. Albert Reece and John C. Hobbins. Clinical Obstetrics The Fetus and Mother. Third edition. Blackwell Publishing , Jakarta; 2007
3. F. Garry Cunningham, Obstetri Williams, edisi 21, EGC. Jakarta; 2006
4. IBG Manuaba dkk. Pengantar Kuliah Obstetri. EGC. Jakarta; 2006
5. Salmah, dkk. Asuhan kebidanan antenatal. EGC. Jakarta; 2006
berbagai sumber

BIDAN PALESTINA: MASIH PRAKTIK DI USIA 110 TAHUN


 

Karat telah menggerogoti sebagian besar pintu logam bagian luar satu rumah tua di Jalur Gaza. Namun, semangat penghuninya tak pernah berkarat, walau terus digerogoti usia. Elmeya Hamouda, nama pemilik rumah itu, masih sigap menolong perempuan hamil di Gaza yang menderita akibat embargo dan minimnya tenaga kesehatan, melahirkan bayi dengan selamat. Usianya kini 110 tahun. 

Elmeya telah menempuh asam garam kehidupan. Ketika dia berusia 15 tahun, dia menikah dengan Jawar, seorang kerabat dekatnya. Mereka hidup bahagia sampai Jawar meninggal dunia pada beberapa dasawarsa lalu. "Keadaan jadi lebih berat dan makin berat setelah kematiannya," kata Elmeya dalam percakapan dengan wartawan Xinhua. Ia lalu meremas mukanya.

Untuk melanjutkan hidup "terhormat", dia mempelajari perawatan dan kebidanan dari seorang perempuan lebih tua "yang berpengalaman".

Keadaan membaik di wilayah pendudukan yang jadi tempat kerusuhan, sehingga Elmeya bisa membantu puluhan perempuan melahirkan pada masa perang. Kegiatannya membuat dia terkenal di lingkungan tempat tinggalnya.

Elmeya tak pernah mengenyam pendidikan resmi, tapi dia terampil dalam menjalankan pekerjaannya. Sampai hari ini, sebagian orang akan meminta bantuannya ketika istri mereka akan melahirkan.

Pertama kali ia membuka praktik kebidanan ialah pada masa kekuasaan Usmaniyah (Ottoman Turki) di Jalur Gaza, yang berakhir sebelum 1920, ia mengenang. Dia akhirnya memperoleh izin ketika Jalur Gaza berada di bawah kekuasaan Mesir pada 1950-an.

"Saya tak pernah dibayar untuk pekerjaan ini," katanya. Tapi sebagian orang biasa memberi dia hadiah atas bantuannya. "Saya menggunakan cap khusus untuk mengesahkan sertifikat kelahiran bayi yang baru dilahirkan. Pekerjaan ini memberi saya kegembiraan dan kebahagiaan," katanya.

Saat ia bertambah tua, Elmeya menghadapi kesulitan untuk menjalankan pekerjaannya secara mulus, jadi dia meminta putri-putrinya belajar dan melanjutkan praktiknya. Mereka, kecuali satu orang, gagal mewujudkan impiannya melalui penolakan mereka.

Bidan telah hilang dari sebagian besar wilayah Jalur Gaza sejak lama. Ada banyak pusat kehamilan di daerah kantung pantai itu, yang menyediakan untuk perempuan hamil bantuan medis yang diperlukan dan kesadaran. Namun, di sebagian daerah pedesaan di sana, Elmeya dan para pesaingnya masih dapat memperoleh pekerjaan.

Perempuan yang berusia 110 tahun tersebut memiliki ingatan dan kesehatan yang bagus, kendati kerut-merut secara tragis memenuhi sebagian besar wajah mungilnya.

Di rumahnya yang kecil, ia menyimpan penggiling gandum yang sudah berumur tua, perapian batu-bara dan radio kuno yang menghiburnya selama masa lengang. Di peralatan rumah tangga itu, rancangan era zaman Usmaniyah tercermin.

Elmeya membeli peti mati buat dirinya. Ia tak takut pada ajal tapi ia mempersiapkan diri dan menunggunya.

sumber
http://www.republika.co.id



Related Posts by Categories

BIDAN Story



KEMATIAN DI TANGAN BIDAN


Kegagalan dalam proses melahirkan memang bisa terjadi pada wanita mana saja. Bahkan yang paling buruk, si bayi meninggal juga bisa saja terjadi. Namun, yang dialami oleh Nunuk Rahayu (39) ini memang kelewat tragis. Ia melahirkan secara sungsang. Bidan yang menangani, diduga melakukan kesalahan penanganan. Akibatnya, si bayi lahir dengan kondisi kepala masih tertinggal di rahim!


Lakon yang demikian tragis itu diceritakan Wiji Muhaimin (40), suami Nunuk. Sore itu Selasa (8/8), Nunuk mengeluh perutnya sakit sebagai tanda akan melahirkan. Ibu dua anak ini berharap kelahiran anak ketiganya akan semakin melengkapi kebahagiaan rumah tangganya. Sang suami, segera berkemas-kemas dan mengantarkan istrinya ke bidan Tutik Handayani, tak jauh dari rumahnya di Jalan Imam Bonjol, Batu, Malang, Jawa Timur.

Sesampai di tempat bersalin, sekitar jam 15.00, Nunuk langsung diperiksa bidan untuk mengetahui keadaan kesehatan si bayi. "Menurut Bu Han (panggilan Tutik Handayani), kondisi anak saya dalam keadaan sehat. Saya disuruh keluar karena persalinan akan dimulai," kata Wiji saat ditemui NOVA, Jumat (11/8).

Meski menunggui kelahiran anak ketiga, Wiji tetap saja diliputi ketegangan. Apalagi, persalinan berlangsung cukup lama. "Setiap pembantu Bu Han keluar ruang persalinan, saya selalu bertanya apakah anak saya sudah lahir. Jawabannya selalu 'belum'. Katanya, bayi saya susah keluar. Istri saya mesti diberi suntikan obat perangsang sampai dua kali agar jabang bayi segera keluar," papar Wiji.

BIDAN MAKIN PANIK
Wiji sempat pulang sebentar untuk menjalankan salat magrib. Usai salat, lelaki berkumis lebat ini kembali ke bidan. Baru saja memasuki klinik bersalin, bidan Han ke luar dari ruang persalinan dengan tergopoh-gopoh. Bidan yang sudah praktik sejak tahun 1972 itu berteriak minta tolong kepadanya. "Pak, tolong bantu saya!" teriaknya kepada Wiji.

Lelaki yang sehari-hari berjualan es dan mainan anak-anak di sekolah-sekolah ini, tak mengerti maksud bidan. Wiji mengikuti bidan Han masuk ruang persalinan. Mata Wiji langsung terbelalak begitu melihat pemandangan yang begitu mencekam. Si jabang bayi memang sudah keluar, namun kepala bayi masih berada di dalam rahim.

Di tengah kepanikan, bidan memintanya untuk menahan tubuh si bayi sedang kedua perawat bertugas menekan perut ke bawah untuk membantu mengeluarkan kepala bayi. Kala itu, kondisi istri Wiji antara sadar dan tidak. "Ia hanya bisa merinih kesakitan saja," imbuh Wiji.

Selanjutnya, bidan Tutik meminta Wiji menarik tubuh bayi agar segera keluar dari rahim. Namun, Wiji enggan melakukannya. Ia hanya menahan tubuh bayi agar tak menggantung. "Saya tak tega menarik tubuh anak saya. Apa jadinya kalau saya tarik kemudian sampai lepas. Yang saya lakukan hanya terus istigfar," tutur Wiji sambil mengisap rokoknya dalam-dalam.

Kala itu, Wiji sudah tak sanggup membendung air matanya. Ia paham, anak bungsunya sudah tak bernyawa lagi. Ia tahu karena tubuh si bayi sudah lemas dan tak ada gerakan sama sekali. Sampai 15 menit kemudian, tetap saja kepala bayi belum berhasil dikeluarkan. Wiji pun tak tega melihat penderitaan istrinya. "Saya berikan tubuh bayi saya kepada Bu Han."

Lalu, Wiji sambil berurai air mata mendekati istrinya yang tengah kesakitan dan berjuang antara hidup dan mati. Sejurus kemudian dia mendengar si bidan semakin panik. Bahkan, si bidan sempat mengeluh, "Aduh yok opo iki". (aduh bagaimana ini). "Saya sudah tak berani melihat bagaimana bidan menangani anak saya. Saya hanya menatap wajah istri saya," ujar Wiji.
Sebuah cerita yang mengharukan, yang pastinya kejadian seperti ini banyak ditemukan di berbagai daerah.

Seharusnya kejadian ini tidak akan terjadi bila Bidan dapat mendeteksi komplikasi secara dini dan melakukan upaya kolaborasi dan rujukan yang tepat. Kisah ini harus memacu kita sebagai bidan untuk melakukan pelayanan kebidanan secara tepat dan sesuai dengan standar pelayanan kebidanan. Jangan sampai bidan yang semakin mempertajam angka kematian Ibu dan Bayi..

Kisah :http://nostalgia.tabloidnova.com


Related Posts by Categories

BIDAN Story


BIDAN "SRIKANDI" YANG PERKASA



Jakarta, Bidan adalah sahabat, pemberdaya dan pelayan perempuan yang mungkin sering dianggap remeh. Padahal bidan adalah tonggak kesehatan masyarakat khususnya yang tinggal di daerah terpencil.


Srikandi Award memberi anugerah pada 10 bidan teladan untuk kerja keras, bakti dan pengabdiannya pada masyarakat. Dalam rangka memperingati hari ibu, Ikatan Bidan Indonesia bekerja sama dengan PT Sari Husada menganugerahkan Srikandi Award bagi 10 bidan terbaik Indonesia, di Balai Kartini Jakarta, Rabu malam (23/12/2009).

Srikandi Award merupakan apresiasi bagi para bidan yang menjalankan program pembangunan kesehatan yang dijalankan oleh bidan yang melibatkan tokoh dan anggota masyarakat di tempat bidan tersebut berdomisili.

Tingginya angka kematian ibu dan bayi adalah faktor yang mendasari pemberian penghargaan bagi bidan teladan ini, terutama bidan yang melayani masyarakat di daerah terpencil dan tidak terjangkau tenaga kesehatan lain.

Data survei demografi Indonesi tahun 2005 menunjukkan terdapat 228 kematian ibu dan 34 bayi meninggal dalam 1000 kelahiran hidup. Melalui program pos bhakti bidan, diharapkan angka kematian tersebut bisa menurun dan bisa mencapai target MDG (Millenium Development Goals) di tahun 2015, khususnya pada MDG poin 4 dan 5, yaitu menurunkan angka kematian anak dan meningkatkan kesehatan maternal.

Dalam program pos bhakti bidan tersebut, panitia menyeleksi 145 bidan dari 500 proposal yang diajukan. Setelah melalui tahap sosialisasi, mentoring, monitoring serta evaluasi, akhirnya terpilihlah 10 bidan terbaik dalam menjalankan programnya sehingga bisa dijadikan model dan inspirasi bagi upaya pembangunan kesehatan yang dijalankan masyarakat.

Sepuluh bidan terbaik itu terdiri dari dua kategori yaitu kategori MDG 4 dan MDG 5.
Untuk bidan terbaik kategori MDG 4 adalah:
Juara pertama: Siti Aminah dari Kalimantan Timur
Juara kedua: Ristin Setyaningsih dari kabupaten Pati
Juara ketiga: Yuninda dari Semarang
Juara keempat: Syarifah Ningsih dari Kalimantan Barat
Juara kelima: Martha dari Jepara.

Sementara itu untuk bidan-bidan berprestasi kategori MDG 5 adalah:
Juara pertama: Husniar dari Padang
Juara kedua: Listiyani Ritawati dari Gunung Kidul
Juara ketiga: Bimoarti dari kabupaten Demak
Juara keempat: Nurhayati Wantono dari kabupaten Grobogan
Juara kelima: Erni Supriyani dari Bandung.

"Bidan adalah agent of change. Saya kagum sekaligus iri dengan mereka. Mereka itu perempuan yang dalam kultur Indonesia sering dianggap makhluk lemah, tapi ternyata mereka bisa jadi tokoh yang disegani dan sangat berjasa untuk masyarakat. Yang membuat saya kagum juga adalah suami-suami mereka yang sangat mendukung profesinya," kata Dr Kartono Muhamad, mantan ketua IDI yang merupakan salah satu juri dalam acara penghargaan Srikandi Award.


http://health.detik.com/read/2009/12/24/112801/1265614/763/bidan-bidan-srikandi-yang-perkasa




Related Posts by Categories

BIDAN Story


PENGALAMAN VT (VAGINAL TOUCHER



Memasukkan tangan ke dalam jalan lahir ibu bersalin untuk memantau perkembangan proses persalinan atau lazim disebut VT (vaginal toucher atau vaginal tousse atau periksa dalam dan sejenisnya) bukanlah sesuatu yang mudah. Selain perlu pengetahuan, keterampilan, pengalaman, tetapi juga butuh perasaan...

Awal saya melakukan VT pada saat duduk di semester 4 di sebuah akademi kebidanan. Pada waktu itu saya dinas di rumah sakit pemerintah, Itu juga curi-curi kesempatan maklum perbandingan mahasiswa kebidanan dengan pasien tidak seimbang, lebih banyak mahasiswanya. Sementara VT tidak bisa dilakukan sesering mungkin, karena dapat menjadi pencetus terjadinya infeksi.

Selanjutnya beberapa kali saya melakukan VT baik di klinik atau di rumah sakit, meski tanpa bimbingan hanya mencoba-coba hingga tamat dan menyandang gelar bidan. Saya belum bisa membayangkan sebenarnya VT itu bagian apanya yang diperiksa. Meski dosen-dosen saya mengatakan cari portio bila ingin mengetahui pembukaan serviks, bahkan portio di gambarkan sebagai mulut, “maaf” pantat ayam, dan ilustrasi yang lain. Tapi tetap saja saya tidak bisa mengaplikasikannya ke pasien. Yang saya rasakan hanya, tangan saya panas, terdapat bidang yang sangat luas, lunak dan tentu saja bau lendir yang khas....

Hingga akhirnya saya dihadapkan pada pasien bersalin saya yang pertama. Secepatnya saya melakukan VT untuk memantau perkembangan persalinan. Tentu setelah melakukan pengkajian dan pemeriksaan palpasi terlebih dahulu, saya periksa ternyata pembukaan sudah lengkap, menurut saya. Persiapan persalinan sudah lengkap, tapi 3 jam kemudian bayi tidak kunjung lahir, dan pasien akhirnya saya rujuk..Baru saya rujuk 20 menit, bayi lahir.
Pasien ke dua datang, saat saya VT pembukaan sudah lengkap. Setelah itu pasien tidak saya ijinkan pulang, akhirnya pasien menginap di rumah saya. Tapi 12 jam di rumah saya tidak ada tanda-tanda pasien akan bersalin. Akhirnya si ibu pulang ke rumahnya, 1 minggu kemudian bayi lahir di bidan yang lain...

Ternyata keterampilan VT itu sangat penting, berbekal pengalaman kegagalan itu...saya akhirnya memutuskan untuk magang di klinik bersalin sebelum terjun menjadi bidan profesional.....dan akhirnya saya tahu bahwa kegagalan persalinan pada ke dua pasien saya berkat kesalahan diagnosa yang saya lakukan. Mudah-mudahan pengalaman ini dapat mengilhami bidan-bidan muda..


sumber
febrina ok

AKHIR TRAGIS PENGABDIAN BIDAN DESA



Bidan desa yang kesohor itu ditemukan tewas dengan beberapa luka tusukan. Pelakunya ternyata tetangga korban.

Rabu tengah hari, Budi Prasetyo (54) yang berdinas di Pemda Kabupaten Bojonegoro pulang ke rumahnya di Desa Balenrejo, Kec. Balen, Bonjonegoro (Jatim). Seperti kebiasaannya, ia mengarahkan sepeda motornya masuk melalui pintu belakang. Namun, pintu belakang terkunci. Ia juga tak mendapati istrinya, Hj. Risjati (54). Lalu, Budi masuk lewat pintu depan. Namun, ia juga tak menjumpai istrinya yang sehari-hari menjadi bidan. Ia bergegas menuju ruang praktik. Begitu pintu terbuka, Budi langsung histeris melihat pemandangan di depannya. Sang istri terlentang tak bernyawa dengan kondisi bersimbah darah. "Seketika itu saya menjerit. Setelah itu saya tak ingat apa-apa lagi,” cerita Budi mengawali kisahnya, di rumahnya di Desa Balenrejo.

Budi yang masih tampak syok sama sekali tak menduga istrinya tewas setragis itu. “Sama sekali tak ada firasat apa pun sebelum kejadian itu,” kata bapak tiga anak yang sehari-hari bertugas di Dinas Infomasi dan Komunikasi (Infokom) ini. Setelah pemakaman istrinya, Budi dan keluarganya diliputi tanda tanya besar. Siapa pelaku pembunuhan bidan desa yang sudah 30 tahun mengabdi ini? "Kalau perampokan jelas tidak mungkin. Soalnya tidak ada barang-barang yang hilang," ungkap Budi.

FIGUR ISTRI IDEAL
Teka-teki kematian Risjati terungkap. Pelakunya adalah tiga pemuda tetangga korban. Yaitu Rochmad sebagai otak, Hendra sang eksekutor, dan Suwidji yang turut membantu pembunuhan itu. Rochmad mengaku sakit hati dan dendam karena ibunya, Mbok Poni yang berprofesi sebagai dukun bayi, pernah dibentak-bentak Risjati saat menangani persalinan. Ketika tahu pelaku adalah tetangga dekat, Budi mengaku geregetan. "Rasanya saya tak percaya. Kok tega-teganya mereka berbuat keji pada istri saya. Wong kalau mereka sakit, istri saya yang ngobati," kata Budi.

Soal Rochmad yang mendendam istrinya, Budi juga sangat menyesalkan. Diakui Budi, istrinya memang pernah menegur ibu Rochmad. "Wajar, kan, istri saya sebagai pembina dukun bayi memberi tahu kalau memang ada kesalahan. Gitu saja sampai membalas dengan cara membunuh,” sesal Budi.

Hingga sekarang, Budi belum bisa menghapus duka yang teramat dalam. "Rasanya, ibu anak-anak masih ada," tuturnya sendu. Namun, Budi berusaha menerima kenyataan pahit ini. "Manusia ini, kan, hanya wayang, sedangkan Tuhan adalah dalangnya. Jadi, apa pun yang dikehendaki Tuhan, saya harus menerima dengan ikhlas." Yang pasti, sampai saat ini ia tak mampu melupakan kenangan manis bersama mendiang istrinya. Budi menilai, istrinya merupakan figur istri yang ideal. “Bukan hanya sabar, tapi dia hebat dalam mengatur rumah tangga, termasuk mendidik anak,” pujinya.

Setelah mengarungi bahtera rumah tangga selama 30 tahun lebih, semua kenangan terasa manis. "Bukan hanya kepada keluarga, pada semua orang istri saya selalu baik. Dia sangat dikenal di kecamatan Balen. Tak pernah, kok, istri saya menentukan ongkos persalinan. Kalau orang tak mampu, dia menerima berapa pun yang diberikan."

SAJIAN SPESIAL
Kekaguman Adi Setyo (26), anak sulung Risjati pada ibu tercinta tak henti-henti diungkapkan. "Ibu benar-benar hebat. Dia tipe ibu yang lembut mendidik anak-anak. tk pernah Ibu memarahi kami bila tak belajar. Tapi dengan pendekatan pada kami, tanpa disuruh pun kami tahu kewajiban," ujar sarjana Teknik Kimia ITS ini. Berkat ibunya pula, lanjut Adi, dua adiknya Setyo Wahyu dan Suci Harini berprestasi bagus di kampus dan sekolahnya. Pertemuan Adi terakhir dengan ibu tercinta terjadi Minggu, tiga hari setelah kejadian. Seperti biasa, pria yang bekerja di sebuah perusahaan susu di Semarang ini pulang ke rumah sebulan sekali. "Tanpa janjian, adik saya yang tinggal di Surabaya juga pulang. Kami pun bisa kumpul bersama," imbuh Adi.
Dalam pertemuan itu, ujar Adi, ia merasa bahagia. Apalagi ibunya menyiapkan masakan spesial berupa ayam goreng untuknya. Sambil menikmati sajian istimewa, "Kami ngobrol-ngobrol. Kebetulan tahun ini saya mau menikah. Nah, rencana perkawinan itu menjadi salah satu topik pembicaraan,” ungkap Adi yang tampak tabah. Begitu tabahnya, Adi tak ingin lagi membahas pelaku dan motivasinya membunuh sang ibu. "Saya terima semuanya. Biarlah Ibu tenang di alam sana. Soal siapa pelaku, biarlah itu menjadi urusan yang berwajib," cetus Adi. Satu lagi kekaguman Adi pada ibunya, "Beliau sangat dicintai dan dipercaya masyarakat. Buktinya, hampir 50 persen kelahiran di kecamatan Balen, ibu yang menangani persalinannya. Ibu memang termasuk bidan senior. Sudah 30 tahun Ibu jadi bidan," papar Adi.

BERDALIH BELA IBU
Ketika memeriksa Tempat Kejadian Perkara (TKP), petugas menemukan celana berlumuran darah yang tertinggal di rumah korban. Polisi pun segera mengubek-ubek pemilik celana itu. Semula kecurigaan mengarah pada Suwidji (25). Pasalnya pemuda itu menghilang setelah kejadian.

"Kami mencurigainya karena dia mantan bromocorah. Selain itu, celana yang tertinggal, ukurannya hampir sama dengan tubuhnya," kata Kaurreskrim Polres Bojonegoro, Iptu Henri Tri Anggoro, mendampingi Kapolres AKBP Coki Manurung. Berbekal data itu, petugas melacak Suwidji ke tempat kerjanya di Tandes, Surabaya. Setelah diinterogasi, "Ternyata dugaan kami tak meleset. Dia mengaku terlibat, tapi eksekutornya adalah Hendra. Ternyata, celana itu milik Hendra. Dia disuruh membunuh oleh Rochmad. Kami pun berhasil menciduk Hendra dan Rochmad di rumahnya," ujar Henri yang menjerat tersangka dengan pasal 340 KUHP tentang pembunuhan berencana.

Rochmad (28) mengaku dendam pada korban bukan karena persaingan bisnis seperti isu yang pernah beredar. "Saya hanya membela Ibu. Enam bulan lalu, saya pernah dilapori Ibu. Katanya dia habis dimarahi korban karena salah menangani persalinan. Akibatnya bayi yang ditangani Ibu mati," ujarnya sambil cengengesan. Mendengar laporan ibunya, "Semula saya biasa-biasa. Bahkan saya sempat menasihati Ibu agar kejadian itu tak dimasukkan ke hati," lanjut tukang batu ini.

Anehnya, beberapa bulan kemudian, kata-kata ibunya terngiang kembali. Bahkan, ia mulai mendendam Risjati yang biasa ia sapa Bu Ris. “Enggak tahu ya, pokoknya lama-kelamaan hati saya tak terima dengan perlakuan Bu Ris,” aku Rochmad polos.

PURA-PURA BEROBAT
Tak hanya sakit hati, Rochmad bahkan berniat menghabisi bidan yang kesohor di kecamatan itu. Hanya saja ia tak berani melakukan sendiri. Tiga hari sebelum kejadian, "Saya katakan rencana saya pada Hendra, sahabat saya. Saya minta tolong agar dia bersedia membunuh Bu Ris."
Agar Hendra bersedia memenuhi permintaannya, Rochmad sengaja menjanjikan memberikan imbalan Rp 3 juta. Padahal, lanjut Rochmad, ia jelas tidak mungkin punya uang sebanyak itu. "Penghasilan saya sebagai tukang batu, kan, pas-pasan. Buat makan saja susah."
Rencana Rochmad, setelah eksekusi berhasil, ia baru mengaku tak punya uang. "Hitung-hitung saya utang. Soal kapan membayarnya, tak jadi soal. Toh dia tak mungkin lapor polisi ujarnya sambil melirik Hendra. Ia pun tertawa. Hendra (25) mengaku termakan bujuk rayu Rochmad. Bapak satu anak ini bersedia jadi eksekutor. "Karena saya dijanjikan uang, saya mau saja. Agar rencana tambah mulus, saya mengajak Suwiji. Rencananya, kalau dapat uang dari Rochmad, dia akan saya bagi,"ujarnya sambil menunjuk Wiji yang ada di sebelahnya.

Menyambung cerita Hendra, Wiji (25) mengatakan, "Saya bari diberi tahu tiga jam sebelum kejadian. Waktu dijemput Hendra untuk menemui Rochmad, dia enggak bilang apa-apa," ujarnya tertunduk lesu. Dalam pertemuan itu, mereka berbagi tugas. Rochmad bertugas mengawasi pintu depan rumah Risjati, Wiji mengawasi pintu belakang, dan Hendra sebagai eksekutor. Mereka pun menuju rumah Risjati. Suasana siang itu sepi. Hendra segera masuk ke dalam rumah. Untuk mengelabui Risjati, ia pura-pura akan berobat. “Saya sakit flu dan batuk, Bu,” kata sopir truk ini. Suwidji yang berada di luar nyelonong masuk rumah dan langsung menutup pintu belakang. Ruang belakang Risjati memang perlu diamankan karena dijadikan tempat bersalin. Kebetulan saat itu ada yang baru saja melahirkan. "Saat saya masuk, Bu Ris tidak tahu.

Mereka sudah masuk ruang praktik," kata Wiji. Menurut Hendra, aksi pembunuhan tersebut berlangsung singkat. Setelah memeriksa, Risjati mengambil obat di kotak obat dengan posisi membelakangi Hendra. Saat inilah Hendra beraksi. Ia mengambil pisau di balik bajunya. Sambil memeluk tubuh korban dari belakang, ia menghujamkan belati ke dadanya.

"Bu Ris sempat melawan. Dalam satu pergulatan dia terjengkang. Dia pun saya tusuk lagi," ujar Hendra yang segera meninggalkan tempat itu. Karena celananya berlepotan darah, Hendra masuk ke kamar Budi. "Saya mengambil celana Budi dan memakainya." Celana bernoda darah itu ia selipkan di antara almari di ruang belakang. Hendra merasa aman. Tanpa ia sadari, dari celana bersimbah darah ini polisi berhasil membongkar kasus ini. Sekarang Hendra mengaku menyesal. Padahal, ujarnya, "Selama ini Bu Ris baik pada saya. Ketika istri saya melahirkan, Bu Ris juga yang menolong. Entah kenapa saya bisa mata gelap seperti itu. Ya, saya terbujuk gara-gara uang Rp 3 juta."

Usai kejadian, Rochmad mengaku tenang-tenang saja. Bahkan untuk mengelabui masyarakat, "Saya juga ikut melayat. Malam harinya saya juga ikut pengajian di rumahnya."

http://nostalgia.tabloidnova.com/articles.asp?id=1651
images by http://www.banjarmasinpost.co.id